Makalah Multiple Intelegensi



BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang.
Pendidikan adalah hal yang sangat penting untuk diperoleh anak-anak ataupun orang dewasa. Pendidikan menjadi salah satu modal bagi seseorang agar dapat berhasil dan mampu meraih kesuksesan dalam kehidupannya. Kesadaran akan pentingnya pendidikan bukan hanya dirasakan oleh pemerintah, tetapi juga kalangan swasta yang mulai melirik dunia pendidikan dalam mengembangkan usahanya. Sarana untuk memperoleh pendidikan yang disediakan oleh pemerintah masih dirasakan sangat kurang dalam upaya memenuhi kebutuhan masyarakat akan pendidikan
Kendala bagi dunia pendidikan untuk menghasilkan lulusan yang berkualitas adalah masih banyaknya sekolah yang mempunyai pola pikir tradisional di dalam menjalankan proses belajarnya yaitu sekolah hanya menekankan pada kemampuan logika (matematika) dan bahasa. Suatu kekeliruan yang besar jika setiap kenaikan kelas, prestasi anak didik hanya diukur dari kemampuan matematika dan bahasa. Dengan demikian sistem pendidikan nasional yang mengukur tingkat kecerdasan anak didik yang semata-mata hanya menekankan kemampuan logika dan bahasa perlu direvisi.
Kecerdasan intelektual tidak hanya mencakup dua parameter tersebut, di atas tetapi juga harus dilihat dari aspek kinetis, musical, visual-spatial, interpersonal, intrapersonal, dan naturalis. Jenis-jenis kecerdasan intelektual tersebut dikenal dengan sebutan kecerdasan jamak (Multiple Intelligences). Makalah   ini  akan  membahas mengenai Multiple Intelligences dalam pembelajaran  yang akan dipaparkan pada pembahasan Bab II, semoga makalah ini dapat memberikan pemahaman yang lebih lanjut bagi kita tentang Multiple Intelligences dalam pembelajaran.

B.       Rumusan Masalah.
1.      Apakah pengertian multiple intelegensi ?
2.      Apa sajakah yang termasuk  macam – macam multiple intelegensi ?
3.      Apa sajakah ciri – ciri multiple intelegensi ?
4.      Faktor apa sajakah yang mempengaruhi intelegensi ?
5.      Bagaimanakah pengaruh intelegensi terhadap keberhasilan peserta didik ?
6.      Bagaimanakah program pembelajaran yang mengakomodasi perkembangan multiple intelegensi ?

C.      Tujuan Penulisan.
1.      Untuk mengetahui pengertian multiple intelegensi.
2.      Untuk mengetahui macam – macam multiple intelegensi.
3.      Untuk mengetahui ciri – ciri multiple intelegensi.
4.      Untuk mengetahui faktor – faktor yang mempengaruhi intelegensi.
5.      Untuk mengetahui pengaruh intelegensi terhadap keberhasilan peserta didik.
6.      Untuk mengetahui program pembelajaran yang mengakomodasi perkembangan multiple intelegensi.

BAB II
PEMBAHASAN

A.      Pengertian Multiple Intelegensi.
Kecerdasan (intelegensi) adalah kemampuan untuk melakukan abstraksi, serta berpikir logis dan cepat sehingga dapat bergerak dan menyesuaikan diri terhadap situasi baru.
Kecerdasan (Inteligensi) secara umum dipahami pada dua tingkat yakni : kecerdasan sebagai suatu kemampuan untuk memahami informasi yang membentuk pengetahuan dan kesadaran. Kecerdasan sebagai kemampuan untuk memproses informasi sehingga masalah-masalah yang kita hadapi dapat dipecahkan (problem solved) dan dengan demikian pengetahuan pun bertambah. Jadi mudah dipahami bahwa kecerdasan adalah pemandu bagi kita untuk mencapai sasaran-sasaran kita secara efektif dan efisien. Dengan kata lain, orang yang lebih cerdas, akan mampu memilih strategi pencapaian sasaran yang lebih baik dari orang yang kurang cerdas. Artinya orang yang cerdas mestinya lebih sukses dari orang yang kurang cerdas. Yang sering membingungkan ialah kenyataan adanya orang yang kelihatan tidak cerdas (sedikitnya di sekolah) kemudian tampil sukses, bahkan lebih sukses dari dari rekan-rekannya yang lebih cerdas, dan sebaliknya.
Kemampuan kognitif, psikomotor, dan afektif yang dimiliki seseorang disebut dengan kecerdasan. Howard Garder mendefinisikan kecerdasan sebagai :
1.      Kemampuan memecahkan masalah yang muncul dalam kehidupan nyata.
2.      Kemampuan melahirkan masalah baru untuk dipecahkan.
3.      Kemampuan menyiapkan atau menawarkan suatu layanan yang bermakna dalam kehidupan kultur tertentu.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kecerdasan adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki seseorang. Kemampuan-kemampuan yang dimiliki seseorang tidak akan semuanya sama dengan kemampuan-kemampuan yang dimiliki orang lain, karena kemampuan banyak jenisnya (beranekaragam), dan keanekaragaman dari kemampuan-kemampuan itu disebut dengan kecerdasan majemuk (multiple intelegensi).


B.       Macam-Macam Multiple Intelegensi.
Kecerdasan majemuk yang merupakan keanekaragaman kemampuan adalah modalitas untuk melejitkan kemampuan setiap siswa dan menjadikan mereka sebagai sang juara, karena pada dasarnya setiap anak cerdas. Menurut Gardner kecerdasan atau intelegensi ada 10 macam yaitu:
1.       Kecerdasan linguistic ( Linguistik intelligence )
Adalah kemampuan untuk berfikir dalam bentuk kata-kata dan menggunakan bahasa untuk mengekpresikan dan menghargai makna yang komplek, yang meliputi kemampuan membaca, mendengar, menulis, dan berbicara.
2.       Intelegensi logis-matematis ( Logical matematich)
Adalah kemampuan dalam menghitung, mengukur dan mempertimbangkan proposisi dan hipotesis serta menyelesaikan operasi-operasi matematika,
3.       Intelegensi Musik ( Musical intelegence )
Intelegensi musik adalah kecerdasan seseorang yang berhubungan dengan sensitivitas pada pola titik nada, melodi, ritme, dan nada. Musik adalah bahasa pendengaran yang menggunakan tiga komponen dasar yaitu intonasi suara, irama dan warna nada yang memakai system symbol yang unik.
4.       Intelegensi kinestetik.
Kinestetik adalah belajar melalui tindakan dan pengalaman melalui panca indera. Intelegensi kinestetik adalah kemampuan untuk menyatukan tubuh atau pikiran untuk menyempurnakan pementasan fisik. Dalam kehidupan sehari-hari dapat diamati pada actor,atlet atau penari, penemu, tukang emas, mekanik.
5.       Intelegensi Visual-Spasial
Intelegensi visual-spasial merupakan kemampuan yang memungkinkan memvisualisasikan infoomasi dan mensintesis data-data dan konsep-konsep ke dalam metavor visual.
6.       Intelegensi Interpersonal
Intelegensi interpersonal adalah kemampuan untuk memahami dan berkomunikasi dengan orang lain dilihat dari perbedaan, temperamen, motivasi, dan kemampuan.
7.       Intelegensi Intrapersonal
Adalah kemampuan seseorang untuk memahami diri sendiri dari keinginan, tujuan dan system emosional yang muncul secara nyata pada pekerjaannya.
8.       Intelegensi Naturalis.
Adalah kemampuan untuk mengenal flora dan fauna melakukan pemilahan-pemilahan utuh dalam dunia kealaman dan menggunakan kemampuan ini secara produktif misalnya untuk berburu, bertani, atau melakukan penelitian biologi.
9.       Intelagensi Emosional.
Adalah yang dapat membuat orang bisa mengingat, memperhatikan, belajar dan membuat keputusan yang jernih tanpa keterlibatan emosi. Jadi intelegensi emosional disini berkaitan dengan sikap motivasi, kegigihan, dan harga diri yang akan mempengaruhi keberhasilan dan kegagalan siswa.
10.   Intelegensi Spiritual.
Adalah kemampuan yang berhubungan dengan pengakuan adanya Tuhan sebagai pencipta alam semesta beserta isinya.
Kemampuan-kemampuan yang termasuk dalam sepuluh aspek kecerdasan majemuk (multiple intelegensi) yang dimiliki masing-masing orang tersebut diatas merupakan potensi intelektual seseorang untuk dapat mengikuti proses pembelajaran. Pembelajaran adalah suatu proses pengembangan kognitif, psikomor, dan afektif ketika seseorang berada pada lingkungan. Menurut Depdiknas (2004) pembelajaran adalah pengembangan pengetahuan, keterampilan, dan sikap baru pada saat seseorang berintegrasi dengan informasi dan lingkungan.

C.      Ciri – Ciri Multiple Intelegensi.
1.        Kecerdasan Linguistik, umumnya memiliki ciri antara lain (a) suka menulis kreatif, (b) suka mengarang kisah khayal atau menceritakan lelucon, (c) sangat hafal nama, tempat, tanggal atau hal-hal kecil, (d) membaca di waktu senggang, (e) mengeja kata dengan tepat dan mudah, (f) suka mengisi teka-teki silang, (f) menikmati dengan cara mendengarkan, (g) unggul dalam mata pelajaran bahasa (membaca, menulis dan berkomunikasi).
2.        Kecerdasan Matematika-Logis, cirinya antara lain: (a) menghitung problem aritmatika dengan cepat di luar kepala, (b) suka mengajukan pertanyaan yang sifatnya analisis, misalnya mengapa hujan turun?, (c) ahli dalam permainan catur, halma dsb, (d) mampu menjelaskan masalah secara logis, (d) suka merancang eksperimen untuk membuktikan sesuatu, (e) menghabiskan waktu dengan permainan logika seperti teka-teki, berprestasi dalam Matematika dan IPA.
3.        Kecerdasan Spasial dicirikan antara lain: (a) memberikan gambaran visual yang jelas ketika menjelaskan sesuatu, (b) mudah membaca peta atau diagram, (c) menggambar sosok orang atau benda persis aslinya, (d) senang melihat film, slide, foto, atau karya seni lainnya, (e) sangat menikmati kegiatan visual, seperti teka-teki atau sejenisnya, (f) suka melamun dan berfantasi, (g) mencoret-coret di atas kertas atau buku tugas sekolah, (h) lebih memahamai informasi lewat gambar daripada kata-kata atau uraian, (i) menonjol dalam mata pelajaran seni.
4.        Kecerdasan Kinestetik-Jasmani, memiliki ciri: (a) banyak bergerak ketika duduk atau mendengarkan sesuatu, (b) aktif dalam kegiatan fisik seperti berenang, bersepeda, hiking atau skateboard, (c) perlu menyentuh sesuatu yang sedang dipelajarinya, (d) menikmati kegiatan melompat, lari, gulat atau kegiatan fisik lainnya, (e) memperlihatkan keterampilan dalam bidang kerajinan tangan seperti mengukir, menjahit, memahat, (f) pandai menirukan gerakan, kebiasaan atau prilaku orang lain, (g) bereaksi secara fisik terhadap jawaban masalah yang dihadapinya, (h) suka membongkar berbagai benda kemudian menyusunnya lagi, (i) berprestasi dalam mata pelajaran olahraga dan yang bersifat kompetitif.
5.        Kecerdasan Musikal memiliki ciri antara lain: (a) suka memainkan alat musik di rumah atau di sekolah, (b) mudah mengingat melodi suatu lagu, (c) lebih bisa belajar dengan iringan musik, (d) bernyanyi atau bersenandung untuk diri sendiri atau orang lain, (e) mudah mengikuti irama musik, (f) mempunyai suara bagus untuk bernyanyi, (g) berprestasi bagus dalam mata pelajaran musik.
6.        Kecerdasan Interpersonal memiliki ciri antara lain: (a) mempunyai banyak teman, (b) suka bersosialisasi di sekolah atau di lingkungan tempat tinggalnya, (c) banyak terlibat dalam kegiatan kelompok di luar jam sekolah, (d) berperan sebagai penengah ketika terjadi konflik antartemannya, (e) berempati besar terhadap perasaan atau penderitaan orang lain, (f) sangat menikmati pekerjaan mengajari orang lain, (g) berbakat menjadi pemimpin dan berperestasi dalam mata pelajaran ilmu sosial.
7.        Kecerdasan Intrapersonal memiliki ciri antara lain: (a) memperlihatkan sikap independen dan kemauan kuat, (b) bekerja atau belajar dengan baik seorang diri, (c) memiliki rasa percaya diri yang tinggi, (d) banyak belajar dari kesalahan masa lalu, (e) berpikir fokus dan terarah pada pencapaian tujuan, (f) banyak terlibat dalam hobi atau proyek yang dikerjakan sendiri.
8.        Kecerdasan Naturalis, memiliki ciri antara lain: (a) suka dan akrab pada berbagai hewan peliharaan, (b) sangat menikmati berjalan-jalan di alam terbuka, (c) suka berkebun atau dekat dengan taman dan memelihara binatang, (d) menghabiskan waktu di dekat akuarium atau sistem kehidupan alam, (e) suka membawa pulang serangga, daun bunga atau benda alam lainnya, (f) berprestasi dalam mata pelajaran IPA, Biologi, dan lingkungan hidup.
Keunikan yang dikemukakan Gardner adalah, setiap kecerdasan dalam upaya mengelola informasi bekerja secara spasial dalam sistem otak manusia. Tetapi pada saat mengeluarkannya, ke delapan jenis kecerdasan itu bekerjasama untuk menghasilkan informasi sesuai yang dibutuhkan.

D.      Faktor Faktor yang Mempengaruhi Intelegensi.
Intelegensi tiap individu cenderung berbeda-beda. Hal ini dikarenakan beberapa faktor yang mempengaruhinya. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi intelegensi antara lain sebagai berikut:
1.    Faktor Bawaan atau Keturunan.
Faktor ini ditentukan oleh sifat yang dibawa sejak lahir. Batas kesanggupan atau kecakapan seseorang dalam memecahkan masalah, antara lain ditentukan oleh faktor bawaan. Oleh karena itu, di dalam satu kelas dapat dijumpai anak yang bodoh, cukup pintar dan sangat pintar, meskipun mereka menerima pelajaran dan pelatihan yang sama. Penelitian membuktikan bahwa korelasi nilai tes IQ dari satu keluarga sekitar 0,50. Sedangkan di antara 2 anak kembar, korelasi nilai tes IQnya sangat tinggi, sekitar 0,90. Bukti lainnya adalah pada anak yang diadopsi. IQ mereka berkorelasi sekitar 0,40 - 0,50 dengan ayah dan ibu yang sebenarnya, dan hanya 0,10 - 0,20 dengan ayah dan ibu angkatnya. Selanjutnya bukti pada anak kembar yang dibesarkan secara terpisah, IQ mereka tetap berkorelasi sangat tinggi, walaupun mungkin mereka tidak pernah saling kenal.
2.    Faktor Minat dan Pembawaan yang Khas.
Faktor minat mengarahkan perbuatan kepada suatu tujuan dan merupakan dorongan bagi perbuatan itu. Dalam diri manusia terdapat dorongan atau motif yang mendorong manusia untuk berinteraksi dengan dunia luar,sehingga apa yang diminati oleh manusia dapat memberikan dorongan untuk berbuat lebih giat dan lebih baik. Intelegensi bekerja dalam situasi yang berlain-lainan tingkat kesukarannya. Sulit tidaknya mengatasi persoalan ditentukan pula oleh pembawaan.

3.    Faktor Pembentukan atau Lingkungan.
Pembentukan adalah segala keadaan di luar diri seseorang yang mempengaruhi perkembangan intelegensi. Di sini dapat dibedakan antara pembentukan yang direncanakan, seperti dilakukan di sekolah atau pembentukan yang tidak direncanakan, misalnya pengaruh alam sekitarnya. Walaupun ada ciri-ciri yang pada dasarnya sudah dibawa sejak lahir, ternyata lingkungan sanggup menimbulkan perubahan-perubahan yang berarti.
Inteligensi tentunya tidak bisa terlepas dari otak. Perkembangan otak sangat dipengaruhi oleh gizi yang dikonsumsi. Selain gizi, rangsangan-rangsangan yang bersifat kognitif emosional dari lingkungan juga memegang peranan yang amat penting.
4.    Faktor Kematangan.
Tiap organ dalam tubuh manusia mengalami pertumbuhan dan perkembangan. Setiap organ manusia baik fisik mauapun psikis, dapat dikatakan telah matang, jika ia telah tumbuh atau berkembang hingga mencapai kesanggupan menjalankan fungsinya masing-masing. Oleh karena itu, tidak diherankan bila anak anak belum mampu mengerjakan atau memecahkan soal-soal matematika di kelas empat sekolah dasar, Karena soal soal itu masih terlampau sukar bagi anak. Organ tubuhnya dan fungsi jiwanya masih belum matang untuk menyelesaikan soal tersebut dan kematangan berhubungan erat dengan faktor umur.
Kecerdasan tidak tetap statis, tetapi cepat tumbuh dan berkembang. Tumbuh dan berkembangnya intelegensi sedikit banyak sejalan dengan perkembangan jasmani, umur dan kemampuan-kemampuan yang telah dicapai (kematangannya).
5.    Faktor Kebebasan.
Hal ini berarti manusia dapat memilih metode tertentu dalam memecahkan masalah yang dihadapi. Di samping kebebasan memilih metode, juga bebas dalam memilih masalah yang sesuai dengan kebutuhannya.
Kelima faktor di atas saling mempengaruhi dan saling terkait satu dengan yang lainnya. Jadi, untuk menentukan kecerdasan seseorang, tidak dapat hanya berpedoman atau berpatokan kepada salah satu faktor saja.



E.       Pengaruh Intelegensi Terhadap Keberhasilan Peserta Didik.
Intelegensi seseorang diyakini sangat berpengaruh pada keberhasilan belajar yang dicapainya. Berdasarkan hasil penelitian, prestasi belajar biasanya berkolerasi searah dengan tingkat intelegensi. Artinya, semakin tinggi tingkat intelegensi seseorang, maka semakin tinggi prestasi belajar yang dicapainya. Bahkan menurut sebagian besar ahli, intelegensi merupakan modal utama dalam belajar dan mencapai hasil yang optimal. Anak yang memiliki skor IQ dibawah 70 tidak mungkin dapat belajar dan mencapai hasil belajar seperti anak-anak dengan skor IQ normal, apalagi dengan anak-anak jenius.
Kenyataan menunjukkan bahwa setiap anak memiliki tingkat intelegensi yang berbeda-beda. Perbedaan tersebut tampak memberikan warna di dalam kelas. Selama menerima pelajaran yang diberikan guru, disampaikan oleh guru dan ada pula anak yang  lamban. Perbedaan individu dalam intelegensi ini perlu diketahui dan dipahami oleh guru, terutama dalam hubungannya dengan pengelompokkan siswa. Selain itu, guru harus menyesuaikan tujuan pembelajarannya dengan kapasitas intelegensi siswa. Perbedaan intelegensi yang dimiliki oleh siswa bukan berarti membuat guru harus memandang rendah pada siswa yang kurang, tetapi guru harus mengupayakan agar pembelajaran yang diberikan dapat membantu semua siswa, tentu saja dengan perlakuan metode yang beragam.
Selain itu, perbedaan tersebut juga tampak dari hasil belajar yang dicapai. Tinggi rendahnya hasil belajar yang dicapai oleh siswa bergantung pada tinggi rendahnya intelegensi yang dimiliki. Meski demikian, intelegensi bukan merupakan satu-satunya faktor yang mempengaruhi keberhasilan belajar seseorang. Seperti telah dikemukakan bahwa banyak sekali faktor yang dapat mempengaruhinya. Yang terpenting dalam hal ini adalah guru harus bijaksana dalam menyingkapi perbedaan tersebut.

F.       Program Pembelajaran yang Mengakomodasi Perkembangan Multiple Intelegensi.
Untuk menerapkan teori multipel intelegensi dalam program pembelajaran diperlukan usaha yang serius dari guru. Guru harus membiasakan diri mengembangkan program pelajaran yang berorientasi pada siswa bukan pada materi atau dirinya sendiri. Tujuannya adalah untuk memudahkan guru dalam menentukan strategi pembelajaran yang tepat yang dapat mengembangkan intelegensi siswa secara maksimal. Mengingat multipel intelegensi belum memasyarakat, maka hal ini akan menjadi penghambat bagi guru untuk memasukkannya pada saat menyusun program pembelajaran.
Program pembelajaran pengertiannya lebih luas dari kegiatan pembelajaran. Kegiatan pembelajaran terbatas pada aktivitas guru dan siswa di kelas saja, sedangkan pengertian program pembelajaran adalah menyeluruh mulai dari rencana pembelajaran, kegiatan pembelajaran sampai dengan produk hasil dari pengembangan program pembelajaran. Program pembelajaran berbentuk produk ini dapat berupa kegiatan pembelajaran langsung atau tatap muka, tetapi dapat juga berbentuk program video, audio, dan sebagainya.
Garner menjelaskan bahwa setiap intelegensi bekerja dalam sistem otak yang relatif otonom. Artinya setiap intelegensi mengelola informasi secara parsial, namun pada saat mengeluarkannya memproduksi kembali kedelapan intelegensi yang ada, intelegensi tersebut bekerja sama secara unik untuk menghasilkan informasi yang dibutuhkan. Di dekolah, guru adalah orang yang berkepentingan dalam mengembangkan program-program pembelajaran dikelasnya. Dalam mengembangkannya guru dimungkinkan untuk mengembangkan strategi embelajaran yang inovatif dan kreatif dalam dunia pendidikan, salah satunya adalah dengan menggunakan strategi pembelajaran berbasis multipel intelegensi.
Menurut Amstrong dalam Robinson (2004), strategi pembelajaran berbasis multipel intelegensi ini merupakan suatu upaya mengoptimalkan berbagai intelegensi yang dimiliki setiap siswa untuk mencapai kompetensi tertentu yang dituntut dalam kurikulum. Pada prakteknya strategi pembelajaran berbasis multipel intelegensi ini memacu kecerdasan yang menonjol pada diri siswa seoptimal mungkin, dan berupaya mempertahankan intelegensi lainnya pada standar minimal yang dituntut sekolah. Dengan kata lain, penerapan strategi multipel intelegensi dalam pengembangan program-program pembelajaran menguntungkan bagi siswa. Siswa akan berkembang sesuai dengan jati dirinya yang potensial pada salah satu atau lebih intelegensi yang dimilikinya.
Adapun langkah-langkah yang dapat digunakan dalam menerapkan strategi pembelajaran berbasis multipel intelegensi antara lain:
1.    Memberdayakan semua intelegensi yang dimiliki setiap siswa.
Memberdayakan semua intelegensi pada setiap mata pelajaran adalah ibarat meng-input melalui jalur ke dalam otak memori siswa. Contoh perhatikan TIK berikut: siswa dapat mempelajari proses fotosintesis melalui tujuh cara/intelegensi. Intelegensi yang mencakup TIK tersebut adalah intelegensi bahasa, logis-matematis, musik, kinestik, interpersonal dan intrapersonal. Dengan demikian, tingkat belajar siswa akan lebih tinggi dibanding jika siswa hanya membaca buku atau mendengar penjelasan dari guru saja.
2.    Mengoptimalkan pecapaian mata pelajaran tertentu berdasarkan intelegensi yang menonjol pada setiap siswa.
Langkah ini dapat diterapkan jika guru telah mengidentifikasi inteelegensi apa yang menonjol pada siswa-siswanya. Dengan demikian strategi pembelajaran yang dipilih lebih bersifat individual atau personal. Untuk siswa yang lebih menonjol intelegensi bahasanya, maka guru harus merancang program pembelajaran yang merangsang dan mengembangkan intelegensi siswa dalam kemampuan berbahas, dan seterusnya.
Pada kenyataannya, pengembangan program-program pembelajaran yang merupakan teori multipel intelegensi tidaklah mudah, terutama mencakup evaluasinya. Evaluasinya harus multi asesmen artinya penilaian harus bervariasi dan dapat memberikan banyak motivasi dan merupakan penilaian yang menarik. Untuk mewujudkan evaluasi yang multipel asesmen tidaklah mudah. Dalam pembelajaran berbasis multipel intelegensi penilaian membatasi atau bahkan mengurangi penggunaan skor tes sebagai penilaian tunggal. Penggunaan pola-pola penilaian alternatif sehingga semua unsur mendapat perhatian yang optimal, baik tentang hasil belajar siswa maupun tentang pengembangan intelegensi siswa.
Hambatan yang mungkin dialami guru pada saat pengembangan program pembelajaran yang menerapkan teori multipel intelegensi, antara lain adalah sebagai berikut:
1.    Guru belum mempunyai wawasan yang cukup tentang multipel intelegensi;
2.    Guru butuh dukungan dari pimpinan sekolah atau pengelola sekolah untuk mengembangkan program-program pembelajaran yang berbasisi multipel intelegensi karena untuk persiapan pengembangan program pembelajaran memerlukan waktu lama serta bimbingan narasumber;
3.    Dukungan dari sekolah yang belum maksimal, dalam penyediaan sarana belajar seperti alat peraga atau media pembelajaran dan ruang belajar yang kondusif dan lain-lain tergantung kegiatan-kegiatan apa yang akan dilaksanakan serta sumber materi apa yang akan digunakan..


BAB III
PENUTUP

A.      Kesimpulan.
Kecerdasan adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki seseorang. Kemampuan-kemampuan yang dimiliki seseorang tidak akan semuanya sama dengan kemampuan-kemampuan yang dimiliki orang lain, karena kemampuan banyak jenisnya (beranekaragam), dan keanekaragaman dari kemampuan-kemampuan itu disebut dengan kecerdasan majemuk (multiple intelegensi).
Menurut Gardner kecerdasan atau intelegensi ada 10 macam yaitu: Kecerdasan linguistic ( Linguistik intelligence ), Intelegensi logis-matematis ( Logical matematich), Intelegensi Musik ( Musical intelegence ), Intelegensi kinestetik. , Intelegensi Visual-Spasial, Intelegensi Interpersonal, Intelegensi Intrapersonal, Intelegensi Naturalis, Intelagensi Emosional, Intelegensi Spiritual.
Faktor – faktor yang mempengaruhi intelegensi adalah faktor bawaan atau keturunan, faktor minat dan pembawaan yang khas, faktor pembentukan atau lingkungan, faktor kematangan, faktor kebebasan.

B.       Saran.
Pemerintah atau oknum pendidikan hendaknya mengadakan seminar tentang kecerdasan oleh para pakar sehingga dapat memotivasi baik orangtua maupun guru dalam memberikan bimbingan kepada anaknya. Kita sebagai masyarakat mempunyai kepercayaan bahwa sukses di sekolah adalah kunci utama untuk kesuksesan hidup di masa depan. Maka perlu adanya pembinaan para guru agar bisa mencerdaskan siswa terutama pendidikan yang ada di lingkungan sekolah.








2 komentar:

Unknown mengatakan...

makasi ya kka .. blok nya keren membantu banget

Unknown mengatakan...

makasih, sangat membantu

Posting Komentar